SELAMAT DATANG DAN BERGABUNG BERSAMA LPJ PERMATA PERUMNAS

Sabtu, 10 Desember 2011

HUKUM MENGUCAPKAN SELAMAT NATAL


Saat ini ada beda pendapat di sebagian ummat Islam tentang hukum mengucapkan Selamat Natal pada Ummat Kristen yang merayakan hari raya Natal. Ada yang tegas menyatakan haram. Ada pula yang membolehkannya.
Terhadap hal itu, hendaknya kita mengkaji Al Qur’an dan Hadits yang Sahih agar tahu mana pendapat yang benar, dan mana yang salah.
“…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” [Al Maa-idah 2]
“Rasulullah s.a.w. melaknat tentang arak, sepuluh golongan: (1) yang memerasnya, (2) yang minta diperaskannya, (3) yang meminumnya, (4) yang membawanya, (5) yang minta dihantarinya, (6) yang menuangkannya, (7) yang menjualnya, (8) yang makan harganya, (9) yang membelinya, (10) yang minta dibelikannya.” (Riwayat Tarmizi dan Ibnu Majah)
Dari Jabir ra bahwasanya Rasulullah SAW melaknat para pemakan riba, yang meberikannya, para pencatatnya dan saksi-saksinya.” Kemudian beliau bersabda, “Mereka semua adalah sama”. (HR. Muslim).
Allah memerintahkan kita untuk tolong-menolong dalam hal kebaikan. Sebaliknya Allah melarang keras tolong-menolong dalam hal kejahatan. Dari hadits tentang riba dan arak kita tahu dosanya mengenai bukan cuma pelaku riba atau peminum arak. Tapi siapa pun yang terlibat termasuk saksi atau pun yang cuma mengantarkan minuman. Demikian pula untuk dosa lain seperti Syirik.
Nah kita tahu bahwa pada hari Natal, ummat Kristen merayakan hari lahir Yesus yang mereka anggap Tuhan mereka. Tuhan Anak! Itu adalah dosa Syirik. Dan Syirik itu adalah dosa terbesar yang tidak terampuni. Nah jika terhadap dosa yang lebih kecil seperti Riba dan Minum Arak saja kita dilarang turut membantu, bagaimana dengan mengucapkan “Selamat Natal” yang merupakan satu doa kepada orang yang tengah merayakan kemusyrikan?
“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.” [An Nisaa’ 171]
“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” [Al Maa-idah 73]
Dalam surat Al Ikhlas ditegaskan:
“Katakanlah: Allah itu Satu
Allah tempat meminta
Dia tidak beranak dan tidak diperanakan
Dan tak ada satu pun yang setara dengannya” [Al Ikhlas 1-4]
Seharusnya kita memberitahu mereka bahwa syirik itu dosa. Bukan justru memberi selamat! Jika kita beri ucapan selamat, mereka tidak akan sadar dan terus terjebak dalam kemusyrikan.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” [An Nisaa’:48]
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” [An Nisaa’:116]
Perhatikan ayat-ayat di atas. Allah menyatakan bahwa kafirlah Ahli Kitab yang menganggap Allah hanyalah 1 dari 3 Tuhan dan Allah menjanjikan siksaan yang pedih pada orang-orang yang musyrik. Adakah kita ingin turut mendapat siksa dengan memberikan ucapan selamat kepada orang yang tengah merayakan hari kelahiran Yesus sebagai Tuhan Anak? Sebagai sekutu dari Allah?
Oleh karena itu keliru jika ada yang mengharamkan orang menghadiri acara Natal, tapi justru menghalalkan menucapkan Selamat Natal. Sesuatu yang haram itu dosa. Mengucapkan selamat kepada orang yang berbuat haram juga dosa. Misalnya orang mencuri (mencuri lebih ringan dosanya daripada sirik). Jika kita mengucapkan Selamat Mencuri, itu juga dosa. Begitu pula mengucapkan selamat kepada orang yang tengah berbuat dosa syirik.
إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ
“Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu.” (Qs. Az Zumar [39]: 7)
Sebagaimana Allah tidak meridhoi/menyukai kekafiran, hendaknya kita begitu. Bukan justru memberi ucapan selamat kepada orang yang merayakan kekafirannya dengan merayakan kelahiran Tuhan dan Juru Selamat mereka.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Allah memberitahukan, tidak didapatkan orang beriman mencintai orang kafir. Siapa yang mencintai orang kafir maka dia bukan seorang mukmin. Menyerupai secara dzahir bisa menimbulkan kecintaan maka diharamkan.”
….Allah memberitahukan, tidak didapatkan orang beriman mencintai orang kafir. Siapa yang mencintai orang kafir maka dia bukan seorang mukmin. Menyerupai secara dzahir bisa menimbulkan kecintaan maka diharamkan….
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Oleh karena itu kasihan sekali jika ada presenter Muslim di TV atau pramuniaga Muslim di Mal-mal yang mengenakan topi merah Sinterklas saat Natal. Karena itu berarti mereka termasuk bagian dari orang-orang Kristen. Ketahuilah bahwa akhirat/surga itu lebih baik dan lebih kekal daripada dunia yang fana ini.
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka…” [Al Fath 29]
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” [Al Maa-idah 54]
Larangan menghadiri perayaan hari raya orang kafir
Para ulama bersepakat, haram menghadiri perayaan hari raya orang kafir dan bertasyabuh (menyerupai) acara mereka. Ini adalah pendapat madzab Hanafi, Maliki, syafi’i, dan Hambali. (Lihat Iqtidla’ ash-Shirat al-Mustaqim, karya Ibnu Taimiyah : 2/425 dan Ahkam Ahlidz Dzimmah, karya Ibnul Qayyim 2/227).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ’Utsaimin mengatakan, ”Ucapan selamat hari natal atau ucapan selamat lainnya yang berkaitan dengan agama kepada orang kafir adalah haram berdasarkan kesepakatan para ulama.” [Majmu’ Fatawa wa Rosail Ibnu ‘Utsaimin, 3/28-29, no. 404, Asy Syamilah.]
Dalam Al-Fiqh Al-Islami, Tasyabuh dilarang berdasarkan alasan yang cukup banyak:
1.  Tidak menumpang pada kapal yang digunakan orang kafir untuk menghadiri perayaan hari raya mereka.
Imam Malik rahimahullah berkata; “dimakruhkan menumpang kapal orang kafir yang dijalankan sebagai alat transportasi untuk menghadiri perayaan hari raya mereka, karena laknat dan kemurkaan Allah turun kepada mereka.” (dalam Al-Luma’ Fi al-Hawadits wa al-Bida’1/392).
Ibnul Qasim pernah ditanya tentang menumpang kapal yang dijalankan orang Nashrani untuk menghadiri perayaan hari raya mereka, maka beliau membenci hal itu karena khawatir akan turun murka kepada mereka disebabkan kesyirikan yang mereka lakukan. (lihat Al-Iqtidla: 2/625).
Ibn al-Qayyim pernah menyampaikan bila pemberian ucapan “Selamat Natal” atau mengucapkan “Happy Christmas” kepada orang-orang Kafir hukumnya haram.
Sebagaimana dinukil dari Ibn al-Qayyim rahimahullah di dalam kitabnya “Ahkâm Ahl adz-Dzimmah”, beliau berkata, “Adapun mengucapkan selamat berkenaan dengan syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi mereka adalah haram menurut kesepakatan para ulama.
Alasan Ibu al-Qayyim, menyatakan haram ucapan selamat kepada orang-orang Kafir berkenaan dengan perayaan hari-hari besar keagamaan mereka karena hal itu mengandung persetujuan terhadap syi’ar-syi’ar kekufuran yang mereka lakukan.
Mungkin ada yang berkata, “Masak mengucapkan Selamat Natal saja haram?” Menurut kita mungkin kecil. Tapi di sisi Allah ucapan yang sesat itu besar dosanya. Coba lihat:
“Mereka berkata: “Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak.”
Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar,
hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh” [Maryam 88-90]
Jangankan mengucapkan Selamat Natal, mengucapkan salam biasa saja kepada Non Muslim kita dilarang:
Rasulullah SAW bersabda:”Jangan kalian mendahului mengucapkan salam kepada orang Yahudi atau Nashrani” (HR. Muslim).
Apabila orang Non Muslim memulai mengucapkan salam, maka jawaban yang diperkenankan oleh syari’at adalah:”Wa ‘alaikum!” (Semoga anda juga). Itu saja, tidak usah diperpanjang lagi. Rasulullah SAW menasihatkan:”Jika orang-orang Ahli Kitab (Non Muslim) memberi salam kepada kamu, maka jawablah:”Wa ‘alaikum” (HR. Bukhary dan Muslim).
Salam adalah do’a seorang Muslim kepada saudaranya seiman. Kita tidak bisa mengucapkan doa Selamat kepada orang yang kafir/musyrik karena jika mereka tak tobat, siksa Allah sudah jelas menunggu mereka.
”Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya. Dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk” (Al Qashash [28]: 56).
Satu-satunya doa yang diperbolehkan untuk orang kafir yang masih hidup adalah doa agar mereka dapat petunjuk untuk masuk Islam:
Do’a Rasulullah SAW kepada orang Non Muslim:”Ya Allah berilah petunjuk kepada kaumku, karena sesungguhnya mereka orang yang tidak mengerti” (Sirah Nabawiyah, Abul Hasan ali An Nadwi). Atau do’a Rasululah SAW kepada Umar Bin Khaththab ketika masih kafir:”Ya Allah, berilah kemuliaan kepada Islam dengan masuk Islamnya salah satu orang terkasih kepada-Mu, yakni Abu Jahal atau Umar Bin Khaththab”.
Ada ulama yang membolehkan mengucapkan salam dengan dalil di bawah:
“Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” [Maryam 33]
Namun kita harus paham bahwa itu adalah ucapan Nabi Isa yang berdoa semoga keselamatan dilimpahkan padanya pada hari beliau dilahirkan, meninggal, dan saat dibangkitkan kembali.  Bukan setiap tanggal 25 Desember yang memakai tahun Masehi karena ummat Islam memakai kalendar Hijriyah. Dan Nabi serta para sahabat tak pernah mengucapkan Selamat Natal.
Selain itu, harusnya cukup berdoa kepada Allah agar melimpahkan keselamatan kepada Nabi  Isa. Bukan memberi ucapan Selamat Natal kepada kaum Nasrani yang kita tahu merayakan kelahiran Tuhan mereka.
Selain itu, mengucapkan Selamat Natal atas kelahiran Nabi Isa pada tanggal 25 Desember juga salah waktu. Sebab Nabi Isa AS tidak lahir pada tanggal 25 Desember, beliau lahir di musim panas saat kurma berbuah, sebagaimana isyarat di dalam ayat Al-Quran saat Ibunda Maryam melahirkannya di bawah pohon kurma. Saat itu Allah SWT berfirma kepadanya:
“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu” (QS. Maryam: 25)
Bahkan sebagian orang Kristen sendiri menyatakan bahwa tanggal 25 Desember bukanlah hari kelahiran Yesus. Tapi itu adalah hari perayaan kaum Romawi, Solstice Day, yang merayakan hari kelahiran Dewa Matahari:
http://id.wikipedia.org/wiki/Natal
Jadi keliru sekali jika ada ummat Islam yang mengucapkan Selamat Natal pada tanggal 25 Desember.
Ada ulama yang menghalalkan mengucapkan selamat natal dengan dalil “Berbuat Baik”:
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”  (QS. Al-Mumtahanah: 8)
Ayat ini turun pada Asma’ binti Abi Bakr ra, di mana ibundanya –Qotilah binti ‘Abdil ‘Uzza- yang musyrik dan ia diperintahkan oleh Rasulullah SAW untuk tetap menjalin hubungan dengan ibunya.[Zaadul Masiir, Ibnul Jauziy]. Jadi bukan untuk mengucapkan Selamat Natal.
Padahal berbuat baik di atas adalah berbuat baik selama kita tidak bermaksiat kepada Allah. Jangankan terhadap orang biasa, terhadap orang tua saja meski kita harus berbuat baik, tapi jika durhaka kepada perintah Allah haram bagi kita untuk mematuhi mereka.
Berbuat baik itu bukan berarti kita ikut ridho dan mengucapkan selamat atas kekafiran mereka. Islam memang menghargai kebebasan beragama. Laa ikraha fid diin. Tak ada paksaan dalam beragama. Tapi dalam hal aqidah, tidak bisa dicampur aduk. Sebagai contoh Nabi pernah ditawari kekayaan, wanita, dan juga jabatan sebagai pemimpin Mekkah agar tidak menjelek-jelekkan Tuhan (Berhala) kaum kafir Quraisy dan bergantian menyembah Tuhan. Nabi menyembah Tuhan Quraisy setahun, dan kaum kafir Quraisy menyembah Allah selama setahun. Jika mengikuti ajakan kaum kafir tersebut, memang kita berbuat baik kepada mereka. Tapi kafir kepada Allah. Akhirnya Allah menurunkan surat Al Kaafiruun yang menegaskan tidak ada toleransi dalam hal Aqidah:
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum Quraisy berusaha mempengaruhi Nabi saw. dengan menawarkan kekayaan agar beliau menjadi seorang yang paling kaya di kota Makkah, dan akan dikawinkan dengan yang beliau kehendaki. Usaha ini disampaikan dengan berkata: “Inilah yang kami sediakan bagimu hai Muhammad, dengan syarat agar engkau jangan memaki-maki tuhan kami dan menjelekkannya, atau sembahlah tuhan-tuhan kami selama setahun.” Nabi saw menjawab: “Aku akan menunggu wahyu dari Tuhanku.” Ayat ini (S.109:1-6) turun berkenaan dengan peristiwa itu sebagai perintah untuk menolak tawaran kaum kafir. Dan turun pula Surat Az Zumar ayat 64 sebagai perintah untuk menolak ajakan orang-orang bodoh yang menyembah berhala.
(Diriwayatkan oleh at-Thabarani dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas.)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa al-Walid bin al-Mughirah, al-’Ashi bin Wa-il, al-Aswad bin Muthalib dan Umayyah bin Khalaf bertemu dengan Rasulullah saw dan berkata: “Hai Muhammad! Mari kita bersama menyembah apa yang kami sembah dan kami akan menyembah apa yang engkau sembah dan kita bersekutu dalam segala hal dan engkaulah pemimpin kami.” Maka Allah menurunkan ayat ini (S.109:1-6)
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Sa’id bin Mina.)
Inilah surat Al Kaafiruun ayat 1-6:
Katakanlah: “Hai orang-orang kafir,
Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”
Tegas bukan? Tidak pernah Nabi mengucapkan: “Selamat Menyembah Berhala”
Dan jika ada yang membolehkan mengucapkan selamat Natal bagi Muslim yang tinggal di daerah yang mayoritas Kristen, itu tak sesuai sunnah Nabi. Meski Nabi saat itu di Mekkah merupakan minoritas, tapi oleh Allah tetap bersikap tegas.
Berbuat baik itu adalah dengan mengatakan yang benar itu benar, dan salah itu salah. Orang yang salah, kita beritahu yang benar. Jadi mereka bisa jadi benar. Bukan justru didukung untuk terus tetap berbuat salah.
Dalil lainnya lagi adalah jika diberi penghormatan atau salam, hendaklah memberi penghormatan yang lebih baik lagi:
وإذا حييتم بتحية فحيوا بأحسن منها أو ردوها
“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu. Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.” (QS. An-Nisa’: 86)
Padahal ayat di atas berkenaan dengan ucapan “Assalamu’alaikum” yang diucapkan oleh sesama Muslim yang wajib dibalas dan bahkan lebih baik lagi dengan ucapan “Wa’alaikum salam wa rohmatullahi wa barokatuhu”. Bukan ucapan “Selamat Natal” oleh orang musyrik kemudian kita balas lagi. Ayat selanjutnya membantah hal itu:
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah ?” (QS. An-Nisa’: 87)
Bagaimana mungkin kita mengucapkan Selamat kepada orang yang tengah mengingkari ayat di atas dengan menyembah Tuhan selain Allah?
Jadi sekali lagi, Hari Natal adalah satu Syiar Agama Kristen di mana mereka saat itu merayakan hari lahirnya Tuhan mereka: Yesus. Syirik itu adalah dosa terbesar yang tidak diampuni oleh Allah SWT. Tak pernah ada sunnah Nabi dan para sahabat mengucapkan Selamat Natal kepada ummat Kristen saat itu. Sebaliknya dalam Al Qur’an disebutkan bahwa Nabi mengajak utusan Nasrani Najran untuk bermubahalah ketika kaum Nasrani ngotot bahwa Isa itu adalah Tuhan. Kutukan Allah akan menimpa kaum Nasrani jika mereka berdusta. Dan kaum Nasrani tak berani menerima tantangan itu:
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia.
(Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu.
Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya la’nat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta
Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana .
Kemudian jika mereka berpaling (dari kebenaran), maka sesunguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan.
Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.” Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” [Ali 'Imran 59-64]
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah[639] dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” [At Taubah 31]
[639]. Maksudnya: mereka mematuhi ajaran-ajaran orang-orang alim dan rahib-rahib mereka dengan membabi buta, biarpun orang-orang alim dan rahib-rahib itu menyuruh membuat maksiat atau mengharamkan yang halal.
Sesatnya kaum Yahudi dan Nasrani karena mereka mengikuti ulama mereka membabi-buta. Kita jangan taqlid pada ulama seperti mereka. Pegang teguh Al Qur’an dan Hadits. Ikutilah ulama yang lurus yang berpedoman pada Al Qur’an dan hadits. Bukan yang menyimpang dan sesat.
Dari berbagai ayat Al Qur’an mau pun hadits di atas, jelaslah bahwa argumentasi orang-orang yang menghalalkan ucapan Selamat Natal itu tak memiliki dalil Al Qur’an dan Hadits yang kuat. Karena berdasarkan dalil yang mereka pakai, tak pernah Nabi, para sahabat, tabi’in, serta Imam Madzhab mengucapkan Selamat Natal. Bahkan Nabi justru mengajak mereka bermubahalah:
“Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya la’nat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta” [At Taubah 61]
Nabi tidak mengucapkan Selamat Natal. Justru mengajak mereka kembali ke jalan yang lurus!
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” [Al Israa' 31]
Yang aku takuti terhadap umatku ialah pemimpin-pemimpin yang menyesatkan. (HR. Abu Dawud)
Celaka atas umatku dari ulama yang buruk. (HR. Al Hakim)
Seorang ulama yang tanpa amalan seperti lampu membakar dirinya sendiri (Berarti amal perbuatan harus sesuai dengan ajaran-ajarannya). (HR. Ad-Dailami)
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. ” [Al Baqarah 120]
Kaum Nasrani memang tidak akan senang dengan ummat Islam hingga kita mengikuti mereka. Tapi hendaknya kita tetap lurus. Jika ada hal yang syubhat/samar di mana ada yang bilang haram dan yang lain bilang halal, hendaklah kita tinggalkan yang syubhat. Insya Allah akan selamat. Selain itu karena Nabi dan Sahabat tak pernah mengucapkan Selamat Natal kepada kaum Nasrani meski dulu kaum Nasrani sudah ada, maka mengucapkannya adalah Bid’ah. Dan Bid’ah itu adalah sesat (HR Muslim).
Jadi marilah kita tetap lurus di jalan yang lurus dengan mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW.
Mohon sebarkan ini ke yang lain.

Jumat, 15 Juli 2011

Menyambut Bulan Islam yang dimuliakan Allah swt.

Kelebihan bulan Sya`ban.
(Dari Kitab Kelebihan Rejab, Sya`ban, Ramadhan, Ustaz Budiman Radhi)
1. Sabda Nabi s.a.w bermaksud: Apabila masuk bulan sya`ban, baikkanlah niatmu padanya, kerana kelebihan sya`ban atas segala bulan seperti kelebihanku atas kamu.(Al-hadis)
2. Barangsiapa berpuasa sehari pada bulan sya`ban, diharamkan Allah tubuhnya dari api neraka . Dia akan menjadi teman nabi Allah Yusuf a.s. di dalam syurga. Diberi pahala oleh Allah seperti pahala nabi Allah Ayob a.s dan nabi Daud a.s. Jika dia sempurnakan puasanya sebulan bulan sya`ban, dimudahkan Allah atasnya sakratul maut dan ditolakkan (terlepas) daripadanya kegelapan di dalam kubur, dilepaskan daripada huruhara Munkar dan Nakir, ditutup Allah keaibannya di hari Qiamat, dan diwajibkan Syurga baginya.(Al-hadis)
3. Barangsiapa berpuasa pada awal hari khamis pada bulan sya`ban dan akhir khamis daripada sya`ban, dimasukkan dia ke dalam Syurga. (Al-hadis dari kitab Al barkah).
4. Berkata Siti A`isyah r.a.h, bulan yang lebih dikasihi oleh Rasullullah s.a.w ialah bulan Sya`ban.
5. Sabda Nabi s.a.w: Sya`ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku. Sya`ban ialah mengkifaratkan (menghapuskan) dosa dan Ramadhan ialah menyucikan dosa (jasmani rohani).(Al-Hadis).
6. Sabda Nabi s.a.w : Bahawa puasa Sya`ban kerana membesarkan Ramadhan, siapa yang berpuasa tiga hari daripada bulan Sya`ban, kemudian dia berselawat atasku beberapa kali sebelum berbuka puasa, maka diampunkan oleh Allah dosanya yang telah lalu, diberkatkan rezekinya. Antara lain sabdanya lagi: Bahawa Allah ta`ala membukakan pada bulan itu tiga ratus pintu rahmat. (Al-Hadis).
7. Sabda Rasullullah s.a.w: Dinamakan Sya`ban kerana padanya terdapat kebajikan yang amat banyak, dan puasa yang lebih afdal sesudah (selain) Ramadhan ialah puasa bulan Sya`ban.(Al-hadis).
8. Sabda Nabi s.a.w: Bahawa kelebihan Rejab atas bulan -bulan yang lainnya seperti kelebihan Quran ke atas segala Qalam. Kelebihan Sya`ban atas bulan-bulan yang lainnya seperti kelebihan atas segala ambia(nabi-nabi). Kelebihan Ramadhan atas bulan yang lain seperti kelebihan Allah atas segala makhluknya. (Al-hadis)
9. Bulan Sya`ban, keagungan malamnya dengan malam nisfu Sya`ban, sepertimana keagungan Rejab dengan malam Israk Mikrajnya, dan keagungan Ramadhan dengan malam Lailatul Qadarnya. Maka pada malam Nisfu Sya`ban telah datang Jibril kepada Rasul s.a.w lalu katanya: Angkat kepalamu kelangit, itulah malam yang dibukakan Allah padanya tiga ratus pintu rahmat dan diampunkan Allah sekalian orang yang tiada menyekutukan (syirik) dengan-Nya sesuatu, kecuali tukang nujum, kekal di dalam zina, kekal minum arak, durhaka terhadap ibubapa.(Al-hadis)
10. Sabda Nabi s.a.w: Allah menilik kepada hamba-Nya pada malam Nisfu Sya`ban maka diampunkan dosa segala makhluknya melainkan orang syirik dan orang yang tiada bertutur dengan saudaranya.(Al-hadis)
11. Sabdanya lagi: Apabila pada malam Nisfu Sya`ban maka berjagalah kamu pada malamnya bersembahyang, beribadah, dan puasa kamu pada siangnya. Allah berfirman: Adakah orang yang meminta ampun maka Aku ampunkannya, adakah orang yang ditimpa bala` Aku a`fiatkannya. Adakah orang yang meminta rezeki maka Aku rezekikannya, demikianlah pertanyaan lainnya sehingga keluar fajar subuh. (Al-hadis)
12. Tersebut dalam kitab Al-berkat: Bahawa jin, burung, binatang-binatang buas, ikan di laut berpuasa mereka pada hari nisfu Sya`ban.
13. Tersebut di dalam kitab: Bahawa Jibril bersungguh-sungguh pada malam Nisfu Sya`ban menunaikan segala hajat. Maka datanglah Jibril kepada Rasullullah s.a.w kali keduanya, katanya: Ya Muhammad, gembirakanlah kamu bahawa Allah ta`ala telah mengampunkan segala umatmu orang yang tiada menyekutukan-Nya sesuatu. Angkatkan kepalamu, lalu Rasullullah s.a.w pun mengankatkan kepalanya, tiba-tiba terbuka segala pintu syurga. Dalam riwayat yang lain pula menyatakan terbuka segala pintu langit. Pada pintu langit pertama malaikat menyeru kemenangan bagi orang yang rukuk pada malan ini. Pada pintu langit yang kedua, malaikat menyeru kemenangan bagi orang yang sujud pada malam ini. Pada langit yang ketiga, malaikat menyeru kemenangan bagi orang yang minta doa pada malam ini. Pada pintu langit keempat, malaikat menyeru kemenangan bagi orang yang berzikir pada malam ini. Pada pintu langit kelima, malaikat menyeru kemenangan bagi orang yang menangis takutkan Allah subhanahuwa ta`ala pada malam ini. Pada pintu langit keenam, malaikat menyeru kemenangan bagi orang yang mengerjakan amal kebajikan pada malam ini. Dan pada pintu langit yang ketujuh, malaikat menyeru kemenangan bagi orang yang meminta, maka dikurniakan permintaannya itu, dan pada pintu langit yang kelapan malaikat menyeru: Adakah orang yang meminta ampun maka diampunkan baginya. Bertanya aku kepada Jibril, sampai bilakah terbukanya semua pintu ini (diterima doa), Jibril menjawab: Sehingga naik fajar subuh. Dan katanya lagi: Pada malam ini dimerdekakan hamba-Nya yang mukmin lelaki perempuan dari api neraka sebanyak bulu kambing bani kalab (bani kalab diantara orang-orang arab yang paling banyak memelihara kambing). Dalam satu riwayat yang lain pula bahawa Allah memerdekakan hamba-Nya daripada neraka sebanyak bintang-bintang dilangit dan sebanyak hari dunia dan malamnya. Pada malam inilah dihantarkan Allah akan jibril ke Syurga untuk menghiasi syurga.
14. Barangsiapa membaca,
(Tiada tuhan melainkan Allah, tiada kami sembah melainkan Dia, dengan ikhlas lagi teguh atas dasar agama (tauhid) walaupun dibenci oleh orang-orang kafir)
ditulis Allah baginya ibadat seribu tahun, dan dihapuskan daripadanya dosa seribu tahun, dan keluarnya dari kubur, mukanya seperti bulan purnama dan ditulis pada Allah taa`la orang benar siddiq (orang yang benar).
15. Allah tidak akan mengampunkan dosa pada malam nisfu sya`ban enam orang;
1) Orang yang kekal minum arak
2) Orang yang durhaka kepada ibubapa
3) Orang yang kekal dalam zina
4) Orang yang banyak berkelahi
5) Orang yang melakukan perjualannya dengan sumpah yang dusta
6) Orang yang memperlakukan orang supaya kelahi (Al-hadis).

Minggu, 26 Juni 2011

Kematian

Tentang Kematian Manusia

1. Kematian yang paling mulia ialah matinya para syuhada. (Asysyihaab)
2. Tidak ada sesuatu yang dialami anak Adam dari apa yang diciptakan Allah lebih berat daripada kematian. Baginya kematian lebih ringan daripada apa yang akan dialaminya sesudahnya. (HR. Ahmad)
3. Perbanyaklah mengingat kematian. Seorang hamba yang banyak mengingat mati maka Allah akan menghidupkan hatinya dan diringankan baginya akan sakitnya kematian. (HR. Ad-Dailami)
Penjelasan:
Dia mati dengan mudah dan ringan pada saat sakaratul maut.
4. Janganlah seorang mati kecuali dia dalam keadaan berbaik sangka terhadap Allah. (HR. Muslim)
5. Janganlah ada orang yang menginginkan mati karena kesusahan yang dideritanya. Apabila harus melakukannya hendaklah dia cukup berkata, “Ya Allah, tetap hidupkan aku selama kehidupan itu baik bagiku dan wafatkanlah aku jika kematian baik untukku.” (HR. Bukhari)
6. Cukuplah maut sebagai pelajaran (guru) dan keyakinan sebagai kekayaan. (HR. Ath-Thabrani)
7. Mati mendadak suatu kesenangan bagi seorang mukmin dan penyesalan bagi orang durhaka. (HR. Ahmad)
Penjelasan:
Artinya, seorang mukmin sudah mempunyai bekal dan persiapan dalam menghadapi maut setiap saat, sedangkan orang durhaka tidak.
8. Tuntunlah orang yang menjelang wafat dengan ucapan Laailaaha illallah (maksudnya, agar dia mau meniru mengucapkannya). (HR. Muslim)
9. Tidak dibolehkan bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir berkabung atas suatu kematian lebih dari tiga malam, kecuali terhadap kematian suaminya, maka masa berkabungnya empat bulan dan sepuluh hari. (HR. Bukhari dan Muslim)
Penjelasan:
Kematian ayah, ibu, saudara dan yang lain selain suaminya, masa berkabungnya tidak boleh melebihi tiga hari.
10. Seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, jenazah orang kafir berlalu di hadapan kami, apakah kami perlu berdiri?” Nabi Saw segera menjawab, “Ya, berdirilah. Sesungguhnya kamu berdiri bukanlah untuk menghormati mayitnya, tetapi menghormati yang merenggut nyawa-nyawa.” (HR. Ahmad)
11. Ada tiga perkara yang mengikuti mayit sesudah wafatnya, yaitu keluarganya, hartanya dan amalnya. Yang dua kembali dan yang satu tinggal bersamanya. Yang pulang kembali adalah keluarga dan hartanya, sedangkan yang tinggal bersamanya adalah amalnya. (HR. Bukhari dan Muslim)
12. Seorang mayit dalam kuburnya seperti orang tenggelam yang sedang minta pertolongan. Dia menanti-nanti doa ayah, ibu, anak dan kawan yang terpercaya. Apabila doa itu sampai kepadanya baginya lebih disukai dari dunia berikut segala isinya. Dan sesungguhnya Allah ‘Azza wajalla menyampaikan doa penghuni dunia untuk ahli kubur sebesar gunung-gunung. Adapun hadiah orang-orang yang hidup kepada orang-orang mati ialah mohon istighfar kepada Allah untuk mereka dan bersedekah atas nama mereka. (HR. Ad-Dailami)
13. Allah mencatat ihsan (kebaikan) atas segala sesuatu. Apabila kamu membunuh hewan maka bunuhlah dengan cara yang baik dan jika kamu menyembelihnya sembelihlah dengan baik. Asahlah tajam pisau potong dan ringankan hewan potongnya. (HR. Muslim)
14. Janganlah kamu mengagumi amal seorang sehingga kamu dapat menyaksikan hasil akhir kerjanya (amalnya). (HR. Aththusi dan Ath-Thabrani)
15. Apabila seorang muslim wafat dan jenazahnya dishalati oleh empat puluh orang yang tidak bersyirik kepada Allah maka Allah mengijinkan syafaat (pertolongan) oleh mereka baginya (si mayit). (HR. Abu Dawud)
16. Percepatlah menghantar jenazah ke kuburnya. Bila dia seorang yang shaleh maka kebaikanlah yang kamu hantarkan kepadanya dan bila kebalikannya, maka sesuatu keburukan yang kamu tanggalkan dari beban lehermu. (HR. Bukhari)
17. Seorang mayit dapat disiksa (kubur) disebabkan tangisan keluarganya. (Mashabih Assunnah)
Penjelasan:
Hal tersebut terjadi bila keluarganya menangisi mayit dengan berlebih-lebihan dan berteriak-teriak. Menangisi dengan wajar dari anggota keluarga yang ditinggalkan wafat sebenarnya dibolehkan dalam agama. Lalu kenapa si mayit yang harus menanggung akibatnya? Ini disebabkan karena sebelum wafatnya dia tidak pernah mengajarkan hal demikian.
18. Barangsiapa wafat pada hari Jum’at atau pada malam Jum’at maka dia terpelihara dari fitnah (siksa) kubur. (Abu Ya’la)
19. Janganlah mengingat-ingat orang-orangmu yang telah wafat, kecuali dengan menyebut-nyebut kebaikan mereka. (An-Nasaa’i)
20. Seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, pesankan sesuatu kepadaku yang akan berguna bagiku dari sisi Allah.” Nabi Saw lalu bersabda: “Perbanyaklah mengingat kematian maka kamu akan terhibur dari (kelelahan) dunia, dan hendaklah kamu bersyukur. Sesungguhnya bersyukur akan menambah kenikmatan Allah, dan perbanyaklah doa. Sesungguhnya kamu tidak mengetahui kapan doamu akan terkabul.” (HR. Ath-Thabrani)

Rabu, 04 Mei 2011

KESESATAN NYATA PAHAM PLURALISME DALAM AGAMA


Segala puji hanya untuk Allah SWT semata. Amma ba’du…
Sesungguhnya adalah bencana seruan untuk mencampur-adukkan  agama Islam dengan agama-agama lain yang sesat seperti Yahudi dan  Kristen. Untuk hal itu, bangsa-bangsa kafir menyelenggarakan berbagai macam konferensi  dengan berbagai nama, misalnya: “Pendekatan antar Agama”, “Penyatuan Agama”, “Persaudaraan antar Agama”, atau “Dialog Peradaban”. Hal ini merupakan salah satu penopang terburuk dua gua yang amat gelap yaitu “Tatanan Dunia Baru” dan “Globalisasi” yang memiliki tujuan menyebarkan kekufuran, atheisme, kebebasan, menghapus nilai-nilai Islam dan mengubah fitrah kemanusiaan. Oleh karena itu,   untuk mengungkapkan bahaya bencana ini terhadap kaum muslimin dan untuk menjelaskan ketidakbenarannya serta memperingatkan kaum muslimin dari bahayan hal tersebut, silahkan saudara baca buku yang berjudul :   


MEMBANTAH
TEORI PEMBAURAN AGAMA ISLAM DENGAN AGAMA-AGAMA LAIN
(PLURALISME)
Oleh :
Bakr bin Abdullah Abu Zaid  
 Kita dilarang keras mengikuti  paham penyatuan agama-agama, sebagaimana terdapat  dalam  surat Al-Fatihah yang dibaca kaum muslimin pada  setiap shalat:
$tRÏ÷d$# xÞºuŽÅ_Ç9$# tLìÉ)tGó¡ßJø9$# ÇÏÈ   xÞºuŽÅÀ tûïÏ%©!$# |MôJyè÷Rr& öNÎgøn=tã ÎŽöxî ÅUqàÒøóyJø9$# óOÎgøn=tæ Ÿwur tûüÏj9!$žÒ9$# ÇÐÈ     
(6). Tunjukilah kami jalan yang lurus…
(7). (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan  (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula) jalan mereka yang sesat.

Buku tersebut memiliki kandungan makna yang luhur dan hikmah yang besar.   Telah dicetak dan disebarkan diberbagai penjuru negara. Cetakan pertama di dalam dan di luar Arab Saudi  termasuk cetakan Lembaga Pusat Riset Ilmiah dan Fatwa tahun 1420 H. Pada cetakan kedua ini ada beberapa tambahan di antaranya:
  1. Pada halaman 16 firman Allah I dalam surat Al-Baqarah: 42 yang artinya: “Dan janganlah kamu campur-adukkan yang hak dengan yang bathil” dan penafsiran ulama salaf yang mengatakan: “Janganlah kamu campur-adukkan Yahudi dan Kristen dengan Islam…”. Ini termasuk kandungan makna luhur dari Al-Qur’an.
  2. Pada halaman 49-55 dua kutipan dari perkataan Syekh Islam Ibnu Taimiyah ra, bahwa semua agama para Nabi adalah satu tidak bisa dinaskh sedangkan syariat mereka berbeda dan seluruh syariat-syariat itu dihapus dengan syariat penutup  Nabi Muhammad saw Barang siapa yang tidak beriman kepadanya dan kepada syariahnya maka ia kafir. Dan kami jelaskan juga pada halaman 45 kesalahan ungkapan “Agama-agama Samawi.”
  3. Pada akhir buku tersebut dicantumkan tiga tambahan yaitu fatwa-fatwa yang berasal dari Lajnah Da’imah Lilbuhuts al-Ilmiyah wa al-Ifta, tentang “Batalnya Seruan Penyatuan Agama”, “Pengharaman Membangun Tempat-tempat Ibadah Orang-orang Kafir, seperti Gereja” dan “Peringatan tentang Bahaya Sarana Kristenisasi”
  4. Pada cetakan buku tersebut, dicantumkan juga indeks ayat Al-Qur’an, riwayat-riwayat dan faedah-faedah, serta judul.
    saudara bisa download gratis di link ini :